Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Merawat Wajah dengan Pond’s Triple Glow Serum dan Pond’s Triple Glow Serum Mask

Punya wajah bersih dan cerah pasti impian setiap orang. Tapi terkadang kondisi kita bisa berbeda beda. Ada yang sepanjang hari berada di bawah terik matahari, ada yang seharian berada di dalam ruangan di dalam ruang ber AC. Tentu hal ini akan mempengarui kulit wajah kita. Nah bagaimana caranya agar bagaimanapun situasi kita seharian kulit wajah kita tetap sehat dan terawat. Jika kulit wajah sehat maka juga akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri kita. Cuci Muka dengan Benar dan Rutin Pernah gak kalian merasa malas untuk cuci muka? Terutama saat sudah lelah seharian bekerja, pengennya langsung rebahan aja. Ini adalah salah satu kebiasaan yang buruk untuk kulit wajah. Membuat kuman, kuman dan kotoran menempel lebih lama. Nah untuk merawat wajah agar selalu sehat dan cerah biasakan untuk cuci muka minimal sehari dua kali terutama pagi hari dan sebelum tidur. Kenapa sebelum tidur? Supaya menghilangkan kotoran dan bakteri yang mungkin menempel di wajah saat tidur. Menjelang tidur, wa

Pentingnya Adab Sebelum Ilmu

Pentingnya adab sebelum ilmu bagi siapapun yang berstatus pelajar, santri, mahasiswa, pembelajar di strata berapa pun. Sebab tanpa adab maka tak akan pernah sampai kepada ilmu yang benar.  Membahas topik adab sebelum ilmu ini saya membuka kembali kitab lama zaman nyantri di pesantren dahulu. Kitab kuning populer bagi pemula mengenai adab menuntut ilmu , Ta'limul Muta'allim karya ulama besar dari Arab, Syeikh Burhanuddin Az Zarnuji. Dulu saya pelajari di kelas I'dadiy (setara kelas 1) di Pondok Pesantren Aji Mahasiswa Al Muhsin, Krapyak Wetan, Yogyakarta. Pagi dan malam belajar kitab kuning, siang hingga sore kuliah di UGM. Mudah-mudahan sebagai ikhtiar meraih ilmu pengetahuan duniawi namun tak melupakan ilmu agama untuk kebaikan dunia dan akhirat. Kitab tersohor ini dialihbahasakan oleh KH. Aliy As'ad (Alm.) pengasuh Pondok Pesantren Nailul Ula, Sleman, Yogyakarta. Meski di kelas belajar menerjemahkan tulisan arab gundul Arab Pegon (Jawa), namun saya merasa waktu belaj

Usir Insecure Dengan Melebur

Usir Insecure Dengan Melebur - Menjalani kuliah S3 setiap pekannya memberikan suatu semangat tersendiri bagi kami sekelas khususnya saya. Perkuliahan dijadwalkan prodi diadakan setiap hari Jumat dan Sabtu. Mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Kuliah diadakan secara tatap maya atau virtual meeting dengan platform Zoom yang difasilitasi PDIH (Program Doktor Ilmu Hukum). Tantangannya menyesuaikan jam dengan jam supersibuknya para profesor adalah jam kuliah. Kadang pas sesuai roster, kadang meleset, bahkan tidak masuk. Ada yang menggeser jam jadi pukul 14.00 WIB, ke pukul 17.00 WIB hingga di sesi terakhir jam sembilan malam. Alhamdulillah suami dan anak-anak saya bisa memahami kondisi ini.  Mereka memberikan waktu untuk saya, dengan kesibukan terus menerus menatap layar monitor laptop, suatu waktu terdengar mengajukan pertanyaan pada sang profesor, di lain waktu menjawab pertanyaan profesor dan teman-teman. Zoom kelas S3 Ilmu Hukum angkatan 2021 / dokpri Teman Dari Berbagai Lat

Menjadi Pejuang Scopus

Memasuki semester 2 kuliah di jenjang S3 di salah satu PTN BH (Badan Hukum) di daerah saya, Program Studi Doktor Ilmu Hukum (PDIH) menetapkan tidak ada ujian tertulis pada UTS dan UAS. Sebagaimana yang diterapkan pada semester gasal lalu.  Sebagai gantinya, kami diwajibkan menulis karya ilmiah berupa paper yang dimuat di jurnal internasional terindeks Scopus, minimal Q3 (Quartile 3). Duh, auto tidak bisa tidur saya memikirkannya. Karena yang tidak berhasil mempublikasikan papernya di semester genap ini tidak akan dapat nilai.  Pantang Menyerah Ya, itulah saya. Meski berstatus istri dan ibu empat orang anak, dosen, sedang mengemban amanah jabatan struktural pula yaitu Kabag. Hukum Perdata (setara Kajur), saya memberanikan diri melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor. Kuliah S3 di PTN tidaklah main-main. Berbeda dengan strata S2 dulu rasanya materinya masih bisa dipahami sambil momong anak. Dulu saya S2 di usia 27 tahun, dengan pengalaman baru 5 tahun jadi dosen. Dikover beasiswa penuh