Menurut filsafat Stoikisme cara menghadapi orang yang tidak mau meminta maaf meskipun jelas-jelas salah berfokus pada apa yang dapat Anda kendalikan, yaitu pikiran, tindakan, dan respons Anda sendiri, bukan perilaku orang lain.
Berikut adalah tips menghadapi situasi tersebut berdasarkan prinsip Stoikisme:
Prinsip Stoikisme dalam Menyikapi Situasi
1. Terapkan Dikotomi Kendali (The Dichotomy of Control): Ini adalah prinsip utama Stoikisme. Kaum Stoa membedakan antara hal-hal yang dapat kita kendalikan (opini, penilaian, keinginan, tindakan internal kita) dan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan (tubuh, reputasi, properti, dan terutama tindakan serta opini orang lain).
Apa yang bisa Anda kendalikan: Reaksi Anda terhadap penolakan maaf, keputusan Anda untuk memaafkan secara internal, dan cara Anda melanjutkan hidup.
![]() |
| Ilustrasi salah tetapi tidak mau minta maaf / IDN Times |
Apa yang tidak bisa Anda kendalikan: Kenyataan bahwa orang tersebut tidak mau meminta maaf atau mengakui kesalahannya.
Fokus pada hal yang bisa Anda kendalikan akan membantu mengurangi stres dan menjaga ketenangan pikiran.
2. Fokus pada Kebajikan Anda Sendiri (Focus on Your Own Virtue): Bagi kaum Stoa, tujuan hidup adalah mencapai kebahagiaan (Eudaimonia) melalui kebajikan (virtue), seperti kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan moderasi.
Tindakan orang lain yang tidak adil tidak dapat merusak karakter atau kebajikan Anda, kecuali Anda mengizinkannya.
Respons Anda harus tetap berpegang pada prinsip kebenaran dan martabat Anda sendiri, terlepas dari apa yang dilakukan orang lain.
3. Memahami Perspektif Orang Lain (Empati Rasional): Kaum Stoa percaya pada keterkaitan antarmanusia. Coba renungkan (tanpa membenarkan kesalahan mereka) alasan di balik keengganan mereka meminta maaf. Mungkin karena ego, rasa malu, atau ketidaktahuan. Memahami bahwa tindakan mereka berasal dari penilaian atau ketidaktahuan mereka sendiri dapat membantu Anda melepaskan kemarahan pribadi.
4. Terima Kenyataan (Amor Fati - Mencintai Takdir): Terimalah kenyataan bahwa permintaan maaf yang Anda inginkan mungkin tidak akan pernah datang. Menerima kenyataan apa adanya, tanpa perlawanan emosional yang tidak produktif, adalah kunci ketenangan.
Tips Praktis
Jaga Ketenangan Emosional: Saat berinteraksi, usahakan merespons dengan akal sehat dan kebajikan, alih-alih mencerminkan kenegatifan atau kemarahan mereka kembali.
Tetapkan Batasan yang Sehat: Meskipun Anda memaafkan secara internal (untuk ketenangan Anda sendiri), Anda tidak harus mempertahankan hubungan yang merugikan. Anda berhak menetapkan batasan yang diperlukan untuk melindungi diri Anda dari perilaku toksik di masa depan.
Refleksi Harian (Meditasi Stoik): Gunakan pengalaman ini sebagai bahan refleksi harian. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang bisa saya pelajari dari situasi ini? Bagaimana saya bisa menjadi orang yang lebih baik dan lebih bijak dalam menghadapi ini?".
Fokus pada Solusi, bukan Masalah: Daripada terus memikirkan ketidakadilan yang terjadi, alihkan energi Anda untuk mencari solusi praktis ke depan. Misalnya, jika di tempat kerja, fokus pada cara menyelesaikan tugas tanpa konflik lebih lanjut.
Maafkan untuk Diri Sendiri: Memaafkan dalam Stoikisme lebih tentang melepaskan beban emosional dendam atau kemarahan dari diri Anda, bukan tentang membebaskan orang yang bersalah dari konsekuensi tindakannya. Ini adalah tindakan demi ketenangan pikiran Anda sendiri.
Salam Stoik!

Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, karena komentar Anda menjadi jejak digital di dunia maya